Deteksi Dini Kanker Payudara
by: Mr.Ang
Skrining terhadap kanker payudara di Indonesia masih bersifat individual dan sporadik. Program deteksi dini juga masih belum efektif dan efisien. Bila tidak dilakukan kerjasama secara komprehensif, kanker dengan insiden tertinggi nomor dua di Indonesia setelah kanker leher rahim ini akan menjadi kasus terbesar pertama.
"Kanker payudara merupakan isu sangat penting bagi perempuan, karena terkait kesehatan reproduksi perempuan,’’ kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari dalam sambutan pada seminar dan talkshow bertema Pengenalan dan Deteksi Dini Kanker Payudara untuk Masyarakat Umum di Jakarta, Selasa (9/11).
Linda yang berhasil terbebas dari kanker payudara ini menjelaskan beberapa poin secara detail dan nyata bahwa kanker tersebut merupakan kanker solid yang mempunyai insiden tertinggi di dunia. Di Indonesia, berdasarkan data Global Burden of Cancer (Globacon), terdapat 26/100.000 perempuan. Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007 menunjukkan kejadian kanker payudara mencapai 21,69 persen, lebih tinggi dari kanker leher rahim yang angkanya 17 persen.
Survey yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara yang didirikan Linda Amalia Sari juga memperlihatkan hal sama. Pada 2005 menunjukkan 80 persen masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan dini payudara. Hanya 11,5 persen yang paham, sementara sisanya (8,5 persen) tidak tahu.
Dalam kesempatan acara tersebut, Linda mengundang dokter sekaligus perawat yang dulu sempat mengobati dan merawat kanker payudara yang dideritanya selama di Rotterdam, Belanda. ’’Doctor Van Hill and Miss Ivonne, welcome to this seminar. I hope both of you can share us a lot of information due to this breast cancer seminar’s members,’’ sapa Linda ramah pada kedua orang yang telah menyelamatkan masa-masa hidupnya yang sempat suram.
Linda juga mengundang beberapa selebriti, di antaranya Rima Melati dan Diana Nasution. Dari Rima pula, Linda dulu mendapat rekomendasi dokter Van Hill ini. "Ibu Rima Melati bukan hanya senior saya. Beliau ini termasuk sebagai salah satu penyelamat saya juga. Sebab, dari beliaulah, saya mendapat banyak informasi dan pengarahan tentang penyakit kanker ketika di tahun 1996 saya mengalaminya," ujar Linda pada para peserta seminar.
Linda menyayangkan masyarakat yang baru benar-benar memeriksakan diri ketika sudah mencapai stadium lanjut atau parah. Dari semua kasus, hanya 60 persen dari total 22,4 persen penderita kanker payudara di Indonesia mereka yang telah didiagnosis, mencari pengobatan baik secara konvensional maupun medis. "Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya kesadaran pada masyarakat untuk mendeteksi diri secara dini," kata dia.
Dr. Sutjipto, Sp.B(K) Onk, Ketua Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, menambahkan, deteksi ini kanker payudara dapat mencegah kondisi kanker payudara menjadi lebih parah. ’’Skrining dan deteksi dini kanker merupakan rangkaian program penting karena meningkatkan angka survival dan menurunkan angka kematian,’’ tegas dia. (art)
"Kanker payudara merupakan isu sangat penting bagi perempuan, karena terkait kesehatan reproduksi perempuan,’’ kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari dalam sambutan pada seminar dan talkshow bertema Pengenalan dan Deteksi Dini Kanker Payudara untuk Masyarakat Umum di Jakarta, Selasa (9/11).
Linda yang berhasil terbebas dari kanker payudara ini menjelaskan beberapa poin secara detail dan nyata bahwa kanker tersebut merupakan kanker solid yang mempunyai insiden tertinggi di dunia. Di Indonesia, berdasarkan data Global Burden of Cancer (Globacon), terdapat 26/100.000 perempuan. Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007 menunjukkan kejadian kanker payudara mencapai 21,69 persen, lebih tinggi dari kanker leher rahim yang angkanya 17 persen.
Survey yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara yang didirikan Linda Amalia Sari juga memperlihatkan hal sama. Pada 2005 menunjukkan 80 persen masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan dini payudara. Hanya 11,5 persen yang paham, sementara sisanya (8,5 persen) tidak tahu.
Dalam kesempatan acara tersebut, Linda mengundang dokter sekaligus perawat yang dulu sempat mengobati dan merawat kanker payudara yang dideritanya selama di Rotterdam, Belanda. ’’Doctor Van Hill and Miss Ivonne, welcome to this seminar. I hope both of you can share us a lot of information due to this breast cancer seminar’s members,’’ sapa Linda ramah pada kedua orang yang telah menyelamatkan masa-masa hidupnya yang sempat suram.
Linda juga mengundang beberapa selebriti, di antaranya Rima Melati dan Diana Nasution. Dari Rima pula, Linda dulu mendapat rekomendasi dokter Van Hill ini. "Ibu Rima Melati bukan hanya senior saya. Beliau ini termasuk sebagai salah satu penyelamat saya juga. Sebab, dari beliaulah, saya mendapat banyak informasi dan pengarahan tentang penyakit kanker ketika di tahun 1996 saya mengalaminya," ujar Linda pada para peserta seminar.
Linda menyayangkan masyarakat yang baru benar-benar memeriksakan diri ketika sudah mencapai stadium lanjut atau parah. Dari semua kasus, hanya 60 persen dari total 22,4 persen penderita kanker payudara di Indonesia mereka yang telah didiagnosis, mencari pengobatan baik secara konvensional maupun medis. "Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya kesadaran pada masyarakat untuk mendeteksi diri secara dini," kata dia.
Dr. Sutjipto, Sp.B(K) Onk, Ketua Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, menambahkan, deteksi ini kanker payudara dapat mencegah kondisi kanker payudara menjadi lebih parah. ’’Skrining dan deteksi dini kanker merupakan rangkaian program penting karena meningkatkan angka survival dan menurunkan angka kematian,’’ tegas dia. (art)